karya tulis

Selasa, 03 April 2012


HIJRIAH VS MASEHI
Kalender hijriah merupakan kalender islam, Kalender ini dinamakan Kalender Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M (http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah). Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem pertanggalan sehari-hari. Kalender Islam meng- gunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari. Akan tetapi dapat kita lihat penduduk Indonesia yang mayoritasnya umat islam justru tidak menggunakannya sebagai pertanggalannya. Jika membahas masehi vs hijriah maka yang terlintas dalam fikiran kita adalah mengenai tahun barunya.
Fenomena masa kini yang ada di Indonesia ini, yang menggambarkan meriahnya perayaan tahun baru masehi dari pada tahun baru islam, membuat timbul pertanyaan “kenapa seperti itu?”. Memang benar bahwa di Indonesia ini tidak hanya ada penduduk yang memeluk agama islam saja akan tetapi berbagai macam agama juga ada di Indonesia sebagaimana menjadi agama yang telah diakui oleh Negara. Mungkin hal ini yang merupakan salah satu alasan kenapa Indonesia tidak menggunakan kalender hijriah sebagai pertanggalannya. Akan tetapi betapa mirisnya kita lihat tidak hanya kaum non islam saja yang merayakan tahun baru masehi yang mana menurut kepercayaan mereka merupakan puncak dari acara natal (hari raya umat kristiani) “Umat Kristen menggunakan Kalender yang dinamakan Kalender Masehi. Mereka menggunakan penghitungan tahun dan bulan Kalender Julian, namun menetapkan tahun kelahiran Yesus atau Isa sebagai tahun permulaan (tahun 1 Masehi), walaupun sejarah menempatkan kelahiran Yesus pada waktu antara tahun 6 dan 4 SM.(http://griyawisata.com). Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII juga mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Hingga kini, semua orang di seluruh dunia merayakan Tahun Baru mereka pada tanggal 1 Januari. Akan tetapi justru  banyak juga umat islam yang merayakan tahun baru masehi itu sendiri.
Lalu apakah alasan kaum islam yang merayakan tahun baru masehi itu sendiri?, ada yang mengatakan sebagi rasa syukur, ada juga yang mengatakan hanya untuk hura-hura saja, dan ada pula yang mengatakan hanya ikut-ikutan saja. Apakah itu bisa dikatakan suatu alasan?, bukankah dalam Al-Qur’an ALLAH telah melarang hambanya melakukan apa yang tidak diketahuinya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ : 36 yang artinya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yg kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertangggung- jawabannya”. Dan ada pula hadits yang berbunyi, artinya: Ibnu Taimiyah berkata bahwa Abu Dawud telah meriwayatkan sebuah hadits hasan dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa Rasulullah  bersabda :“Barang siapa meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.”
Tanya hati nurani kita masing-masing, apakah pantas saya melakukan itu?, apa alasan saya hingga saya mengikutinya?. Hati tidak pernah berbohong maka ia akan menjawab dengan jujur.
Mungkin umat islam masa kini terutama di Indonesia tidak banyak yang merayakan tahun baru hijriah dikarenakan banyak yang tidak tahu bagaimana kisah tahun baru hijriah itu sendiri. Adapun tahun baru hijriah adalah pada bulan muharram. Kata muharram berasal dari kata “harrama” yang mengalami perubahan bentuk menjadi “yuharrimu-tahriiman-muharraman-muharrimun“. Bentukan “muharraman” berarti yang diharamkan. Apa yang diharamkan di sini?, yakni :perang atau pertumpahan darah!. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat  At Taubah ayat 36 :“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah sebagaimana disebut di Kitabullah ada 12 bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan terdapat 4 bulan di dalamnya merupakan bulan yang diharamkan”. Membicarakan bulan Muharram pasti tidak akan lepas dari peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Hijrah itu sekaligus menjadi tonggak awal dimulainya kalender Islam. Ini artinya hijrah Rasulullah SAW beserta para sahabatnya ke Madinah telah berumur 1433 tahun. Sebuah peristiwa bersejarah yang patut dikenang dan bisa menjadi proses transformasi spiritual. Di dalamnya terkandung makna dan keteladanan untuk sebuah pengorbanan sejati yang mengapresiasikan perlawanan akan kebathilan sekaligus sikap konsisten mengedepankan kepentingan misi dari kepentingan apa pun, agar ia tetap lestari dan terjaga dari kepunahan meski karenanya harus berdarah-darah, meninggalkan negeri, harta, sanak dan lain-lain.
Sedangkan tahun baru masehi yakni  pada bulan januari. Januari me- rupakan nama bulan yang diambil dari nama dewa romawi yakni Janus. Ada dua alasan mengapa tahun baru masehi ditetapkan pada bulan januari yakni,  Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan consul diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur dan semua Senat dapat berkumpul untuk memilih Konsul. Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun Baru 1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.( http://griyawisata.com).
Bagi kaum muslimin yang hendak merayakan tahun baru hijriah hendaknya dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang islami atau kegiatan yang lebih bermanfaat. Jangan pula merayakannya ala umat masa kini yakni menyalakan kembang api dan meniup trompet serta pesta-pesta lainnya yang tidak bermnfaat.  



Pengirim:
Nama     : Irma Yanti
Fakultas : Pertanian
Jurusan  : Agribisnis